Menjadi Dermawan Nan Ikhlas
Menjadi Dermawan yang Ikhlas: Bukan Tentang Balasan, Tapi Karena Allah
Ada saat ketika kebaikan yang kita berikan dibalas dengan keheningan, bahkan pengkhianatan. Ada masa ketika bantuan yang kita ulurkan tak kembali sebagai kebaikan, bahkan hanya menyisakan luka dan sesal. “Teman macam apa itu?” keluh hati. “Saudara macam apa itu?” gerutu lisan. Seolah tak ikhlas, seolah mengharap balasan, kita lupa: setiap amal bukanlah milik orang lain, tapi milik diri kita di sisi Allah.
Ikhlas bukan perkara kecil. Ia pondasi amal. Ia pembeda antara mereka yang hanya ingin dianggap baik, dengan mereka yang sungguh-sungguh ingin dicintai Allah. Ikhlas adalah ketika kita menolong bukan untuk dipuji, memberi bukan untuk dipuja, membantu bukan agar dibantu balik. Ikhlas adalah saat hati tenang walau tak ada satu pun orang yang melihat, karena yakin bahwa Allah Maha Melihat.
Allah ﷻ mengingatkan kita dengan tegas:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُم بِالْمَنِّ وَالْأَذَى
“Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian batalkan (pahala) sedekah kalian dengan mengungkit-ungkit pemberian dan menyakiti (yang diberi).” (QS. Al-Baqarah [2]: 264)
Maka sungguh merugi mereka yang telah mengorbankan harta, tenaga, bahkan waktu, namun hangus pahalanya hanya karena kecewa tidak mendapat balasan. Mereka tidak mendapat ridha manusia, dan kehilangan ridha Allah. Padahal tujuan akhir dari amal seharusnya bukan tepuk tangan manusia, tapi keridhaan Tuhan semesta alam.
Nabi Muhammad ﷺ bersabda:
إِنَّمَا الأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
“Sesungguhnya amal itu tergantung niatnya, dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang ia niatkan.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Perhatikan betapa agungnya niat. Jika niat karena Allah, walau dunia membalas dengan caci, akhirat akan menyambut dengan pahala. Namun jika niat karena pujian, walau dunia memuja, akhirat tak menjanjikan apa-apa.
Maka wahai jiwa yang pernah kecewa—tenangkanlah dirimu. Jangan berharap balasan dari manusia. Karena seringkali manusia itu lupa, alpa, atau bahkan sengaja tak membalas. Tapi Allah tidak pernah lupa, tidak pernah salah hitung. Ia akan balas setiap kebaikan, bahkan dari hati yang paling tersembunyi.
Allah berfirman:
وَمَا تُقَدِّمُوا لِأَنفُسِكُم مِّنْ خَيْرٍ تَجِدُوهُ عِندَ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
“Apa saja kebaikan yang kalian kerjakan untuk diri kalian, niscaya kalian akan mendapat pahalanya di sisi Allah. Sungguh, Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah [2]: 110)
Maka dari itu, jangan sesali kebaikan. Jangan tarik kembali pemberian. Jangan mengharap ucapan “terima kasih” atau balasan yang sama. Katakan dalam hati, “Aku menolong karena Allah, bukan karena dia.” Ucapkan dalam diri, “Aku membantu karena ingin ridha Allah, bukan karena ingin pujian manusia.”
Belajarlah dari para sahabat Rasulullah ﷺ. Mereka memberi dan memberi, tanpa menagih. Mereka menolong tanpa mengungkit. Mereka beramal dalam sunyi, karena yang mereka cari bukan tepuk tangan dunia, tapi keridhaan Tuhan yang abadi.
Kita tidak tahu, bisa jadi orang yang kita bantu suatu hari justru menjadi sebab kita masuk surga. Walau ia lupa, walau ia tidak berterima kasih, tapi Allah tidak lupa. Allah Maha Tahu.
Allah ﷻ juga berfirman:
الَّذِينَ يُنفِقُونَ أَمْوَالَهُم بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ سِرًّا وَعَلَانِيَةً فَلَهُمْ أَجْرُهُمْ عِندَ رَبِّهِمْ ۖ وَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ
“Orang-orang yang menafkahkan hartanya, baik di malam maupun di siang hari secara sembunyi maupun terang-terangan, maka mereka memperoleh pahala di sisi Tuhan mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah [2]: 274)
Inilah janji Allah untuk hamba yang memberi dengan ikhlas. Bukan hanya pahala, tapi juga ketenangan jiwa. Tidak ada rasa takut, tidak ada kesedihan.
Jadi, apakah masih pantas kita kecewa karena manusia tak membalas kebaikan kita?
Biarlah orang lupa. Biarlah mereka tidak peduli. Biarlah dunia tidak tahu.
Yang penting, Allah tahu. Dan itu cukup.
Semoga kita semua menjadi hamba yang ikhlas dalam amal, bersih dalam niat, sabar dalam kecewa, dan ridha atas segala ketetapan-Nya.
اللَّهُمَّ اجْعَلْنَا مِنَ الْمُخْلِصِينَ
“Ya Allah, jadikanlah kami termasuk hamba-hamba-Mu yang ikhlas.”
Komentar
Posting Komentar