Belajar Diam

Tetaplah Di Mode Silent: Belajar Bijak Menjaga Lisan dan Perasaan


Ada masa ketika diam jauh lebih dalam daripada kata. Di dunia yang riuh oleh kebisingan eksistensi, kadang suara yang paling lantang justru adalah diam. Diam bukan berarti tak peduli, bukan pula lemah. Diam adalah pilihan sadar dari jiwa yang telah belajar, bahwa tak semua yang dirasakan harus diumbar, dan tak semua yang diketahui harus disampaikan. Dalam era yang serba terbuka ini—ketika senyummu bisa memicu cemburu, dan tangismu malah jadi hiburan orang lain—maka bijaklah menjaga hati. Tetaplah di mode silent.

Di balik anjuran diam, tersimpan nilai Islam yang dalam. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

«مَنْ كَانَ يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ»
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata yang baik atau diam."
(HR. Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis ini, Nabi tak hanya mengajarkan pentingnya berkata baik, tapi juga menekankan kebesaran nilai diam. Karena kadang, diam itu bukan karena kita tak tahu harus berkata apa, tapi karena kita memilih untuk tidak menyakiti siapa-siapa. Bahkan, dalam Al-Qur’an pun Allah menyanjung hamba-Nya yang mampu menahan diri:

﴿وَعِبَادُ ٱلرَّحْمَـٰنِ ٱلَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى ٱلْأَرْضِ هَوْنًۭا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ ٱلْجَـٰهِلُونَ قَالُوا۟ سَلَـٰمًا﴾
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (adalah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang bodoh menyapa mereka (dengan kata-kata yang menghina), mereka menjawab dengan (ucapan) yang mengandung keselamatan."
(QS. Al-Furqan: 63)

Di dunia yang terlalu banyak menilai dan sedikit memahami, menyimpan kebahagiaan dalam diam kadang adalah bentuk penjagaan diri yang paling waras. Karena tak semua orang suka saat kita bahagia. Ada yang terluka hanya karena melihat kita tersenyum, sebagaimana ada yang tertawa justru ketika kita menangis.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pun pernah mengajarkan untuk tidak menceritakan kebahagiaan berlebihan karena bisa memancing iri. Beliau bersabda:

«إِسْتَعِينُوا عَلَى قَضَاءِ حَوَائِجِكُمْ بِالْكِتْمَانِ، فَإِنَّ كُلَّ ذِي نِعْمَةٍ مَحْسُودٌ»
"Mintalah pertolongan untuk meraih hajatmu dengan menyembunyikannya. Karena setiap orang yang mendapat nikmat pasti akan ada yang iri padanya."
(HR. Thabrani)

Jika hidupmu sedang bahagia, tak usah terlalu sibuk menyiarkannya. Nikmatilah dalam hening, rayakan dalam syukur. Karena tidak semua yang mendengarnya akan turut gembira, bisa jadi sebagian justru terganggu. Dan jika hidupmu sedang penuh ujian, tak perlu juga kau ceritakan semua luka. Karena tidak semua pendengar itu peduli—ada yang justru merasa lebih bahagia melihatmu jatuh.

Maka, tetaplah di mode silent. Jadikan hatimu ruang rahasia antara dirimu dan Allah. Bahagiakan dirimu dalam syukur, tangisi dukamu dalam doa. Tidak semua harus diketahui dunia.

Allah berfirman:

﴿قُلْ أَعُوذُ بِرَبِّ ٱلنَّاسِ • مَلِكِ ٱلنَّاسِ • إِلَـٰهِ ٱلنَّاسِ • مِن شَرِّ ٱلْوَسْوَاسِ ٱلْخَنَّاسِ • ٱلَّذِى يُوَسْوِسُ فِى صُدُورِ ٱلنَّاسِ • مِنَ ٱلْجِنَّةِ وَٱلنَّاسِ﴾
"Katakanlah: Aku berlindung kepada Tuhan (yang memelihara dan menguasai) manusia. Raja manusia. Sembahan manusia. Dari kejahatan (bisikan) syaitan yang biasa bersembunyi. Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia. Dari (golongan) jin dan manusia."
(QS. An-Nas: 1-6)

Betapa banyak orang baik yang jadi sasaran buruk hanya karena terlalu terbuka. Dan betapa banyak hati lelah karena terlalu berharap pengertian dari sesama manusia. Padahal yang paling mengerti itu Allah, dan yang paling layak menjadi tempat bersandar pun hanya Dia.

Diam bukan berarti kalah. Tapi diam bisa jadi tameng dari kezaliman, benteng dari hasad, dan penjaga dari riya. Di dunia yang hobi berisik, mereka yang mampu tenang justru tampak paling kuat.

Karena itu, jika engkau merasa dirimu mulai lelah dengan sorak sorai dunia, tetaplah di mode silent. Dekatkan dirimu pada Allah, peluk jiwamu dalam zikir, dan rawat kebahagiaan serta lukamu dengan doa. Tak semua harus didengar manusia. Cukup Allah yang tahu. Dan itu lebih dari cukup.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIASAAN

Perkecil Circlemu

Bipolar Dan Kopi