Dunia adalah Tempat Susah dan Senang


Hikmah Di Balik Takaran Rezeki

Setiap insan menapaki hidup dengan takdirnya masing-masing. Ada bahagia dan ada luka. Ada tawa dan ada tangis. Namun satu hal yang pasti: tak ada satu pun pemberian Allah yang sia-sia. Semua telah ditakar dengan ilmu-Nya yang sempurna. Maka, dalam setiap jatah rezeki, terkandung hikmah dan tuntunan yang menuntun hati menuju ridha-Nya.

Allah ﷻ telah menetapkan bahwa dunia ini bukan tempat bagi kebahagiaan yang mutlak, dan bukan pula tempat bagi kesedihan yang abadi. Dunia adalah tempat ujian, tempat silih bergantinya rasa suka dan duka, tempat bergilirnya siang dan malam dalam kehidupan manusia.

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia berada dalam susah payah.”
﴿لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنسَانَ فِي كَبَدٍ﴾
(QS. Al-Balad: 4)

Ayat ini menegaskan bahwa kehidupan manusia adalah perjalanan penuh ujian. Ada yang diuji dengan kelapangan, ada pula yang diuji dengan kesempitan. Namun, tidak satu pun di antara keduanya yang keluar dari kendali dan kehendak Allah ﷻ. Semua telah disusun dalam skenario yang paling adil dan sempurna.

Ada yang diberi harta, tapi tidak diberi ketenangan jiwa. Ada yang tampak miskin secara materi, namun hatinya lapang seluas samudera karena keimanan dan syukur yang ia jaga. Ada yang cantik atau tampan rupanya, namun sering merasa hampa karena akhlaknya kosong dari cahaya. Sebaliknya, ada pula yang sederhana parasnya, namun wajahnya berseri karena keindahan akhlaknya.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Lihatlah kepada orang yang berada di bawahmu dan jangan melihat kepada orang yang berada di atasmu. Karena hal itu akan lebih membuatmu tidak meremehkan nikmat Allah yang telah diberikan kepadamu.”
«انْظُرُوا إِلَى مَنْ أَسْفَلَ مِنْكُمْ، وَلا تَنْظُرُوا إِلَى مَنْ هُوَ فَوْقَكُمْ، فَهُوَ أَجْدَرُ أَنْ لا تَزْدَرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ»
(HR. Muslim no. 2963)

Hadis ini mengajarkan kepada kita untuk senantiasa mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah. Karena setiap orang memiliki jatah ujian dan jatah nikmat yang berbeda-beda. Tidak perlu iri atas keberlimpahan orang lain, karena bisa jadi Allah sedang mengujinya dengan apa yang tampak sebagai nikmat itu. Dan tidak perlu merasa rendah atas kekurangan yang kita miliki, karena bisa jadi justru di dalam kekurangan itu terdapat kebaikan yang besar bagi kehidupan kita.

Allah berfirman:

“Dan tidak satu pun makhluk bergerak (bernyawa) di bumi melainkan semuanya dijamin Allah rezekinya.”
﴿وَمَا مِنْ دَابَّةٍ فِي ٱلْأَرْضِ إِلَّا عَلَى ٱللَّهِ رِزْقُهَا﴾
(QS. Hud: 6)

Artinya, rezeki itu bukan hanya soal uang atau materi, tapi juga ketenangan, kesehatan, anak yang shalih, pasangan yang setia, teman yang jujur, waktu yang berkah, atau kesempatan untuk berbuat baik. Semua itu adalah bentuk rezeki, bahkan lebih berharga dari harta yang melimpah tetapi tidak membawa keberkahan.

Bisa jadi seseorang diberi penghasilan besar, tetapi tidak pernah sempat bersama keluarganya. Sementara orang lain hanya berpenghasilan pas-pasan, namun keluarganya penuh kasih dan rumah tangganya harmonis. Ada yang diberi kecantikan tapi tidak dengan akhlak, dan ada yang tidak dikaruniai keturunan namun memiliki pasangan yang sabar dan penuh cinta. Semua itu adalah rezeki yang telah diatur oleh Allah dalam keadilan yang tidak bisa ditandingi oleh siapa pun.

“Sesungguhnya Tuhanmu melapangkan rezeki bagi siapa yang Dia kehendaki dan menyempitkannya; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Melihat akan hamba-hamba-Nya.”
﴿إِنَّ رَبَّكَ يَبْسُطُ ٱلرِّزْقَ لِمَن يَشَآءُ وَيَقْدِرُ ۚ إِنَّهُۥ كَانَ بِعِبَادِهِۦ خَبِيرًۭاۢ بَصِيرًۭا﴾
(QS. Al-Isra: 30)

Jadi, yang paling penting bukanlah seberapa banyak rezeki itu, tapi bagaimana kita menyikapinya. Syukur dan sabar adalah kunci yang membuat hidup kita selalu dalam naungan rahmat Allah. Syukur ketika diberi, sabar ketika ditahan. Dan keduanya akan membawa kita pada kehidupan yang penuh makna.

Rasulullah ﷺ bersabda:

“Sungguh menakjubkan urusan orang mukmin! Semua urusannya adalah baik baginya. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, dan itu baik baginya. Jika ia tertimpa kesusahan, ia bersabar, dan itu pun baik baginya.”
«عَجَبًا لأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
(HR. Muslim no. 2999)

Begitulah keajaiban orang beriman. Ia tidak mengukur hidup dari jumlah kekayaan, tapi dari seberapa dekat hatinya dengan Allah. Ia tahu bahwa setiap jatah adalah takdir yang harus disyukuri, bukan dibanding-bandingkan. Karena sesungguhnya, di balik setiap takaran rezeki, tersembunyi cinta Allah yang paling dalam.

Maka, jangan iri dengan kenikmatan orang lain, sebab kita tidak tahu apa yang harus ia bayar untuk itu. Dan jangan bersedih atas kekurangan kita, karena bisa jadi itulah sebab Allah menjaga kita dari kemaksiatan dan mendekatkan kita pada surga-Nya.

Ingatlah firman Allah:

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal itu baik bagimu. Dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal itu buruk bagimu. Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”
﴿وَعَسَىٰٓ أَن تَكْرَهُوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ خَيْرٌۭ لَّكُمْ ۖ وَعَسَىٰٓ أَن تُحِبُّوا۟ شَيْـًۭٔا وَهُوَ شَرٌّۭ لَّكُمْ ۗ وَٱللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنتُمْ لَا تَعْلَمُونَ﴾
(QS. Al-Baqarah: 216)

Inilah hakikat kehidupan: bukan tentang apa yang kita miliki, tapi tentang bagaimana kita ridha terhadap segala pemberian Allah. Karena ridha atas takdir adalah puncak dari iman dan ketenangan jiwa. Maka bersyukurlah, bersabarlah, dan jangan pernah berhenti percaya bahwa Allah tidak akan menyia-nyiakan hamba-Nya yang beriman.

Semoga hati kita selalu dituntun untuk melihat rezeki bukan dengan mata, tapi dengan iman.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIASAAN

Perkecil Circlemu

Bipolar Dan Kopi