Seragam Yang Tak Seragam

**Seragam yang Tidak Seragam**

Namanya seragam.
Harusnya… sama.

Tapi kita tahu, tidak ada yang benar-benar sama.
Baju boleh satu warna.
Motif bisa sama.
Tapi ukuran… selalu beda.

Ada yang sempit di dada.
Ada yang longgar di lengan.
Padahal ukurannya “M”.
Padahal semua dari konveksi yang sama.

Begitulah hidup.

Kita sering menuntut kesamaan.
Dalam cara berpikir.
Dalam cara bertindak.
Dalam cara hidup.

Kita ingin semua “seragam”.

Padahal manusia diciptakan berbeda.
Warna kulit.
Bentuk tubuh.
Isi kepala.
Isi hati.

“*Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah penciptaan langit dan bumi, serta perbedaan bahasamu dan warna kulitmu.*” (QS Ar-Rum: 22)

Tuhan sendiri yang menegaskan: perbedaan itu adalah tanda.
Bukan aib.
Bukan cela.
Bukan musuh.

Seragam memang perlu.
Untuk menunjukkan bahwa kita bagian dari satu tim.
Satu misi.
Satu cita-cita.

Tapi di balik seragam itu,
Kita tetap manusia.
Dengan ukuran dan kapasitas masing-masing.

Ada yang cepat.
Ada yang teliti.
Ada yang pemikir.
Ada yang pelaksana.

Maka jangan pernah paksa orang untuk sama.
Karena seragam itu hanya luarnya.

Dalamnya…
Biarlah berbeda.

Justru di situ letak kekuatan kita.

Seperti pasukan.
Seragamnya sama.
Tapi ada penembak jitu.
Ada perawat.
Ada pengatur strategi.

Tidak semua harus jadi penyerang.
Tidak semua harus jadi pahlawan di garis depan.

“*Allah menciptakan kamu dan apa yang kamu perbuat.*” (QS Ash-Shaffat: 96)

Setiap peran ada yang menciptakan.
Setiap perbedaan ada yang mengatur.
Bukan untuk dibandingkan.
Tapi untuk disyukuri.

Seragam yang tidak seragam—adalah pelajaran.
Bahwa kesatuan itu bukan kesamaan.
Tapi kebersamaan.

Bersama dalam tujuan.
Bersama dalam semangat.
Bersama dalam perjuangan.

Walau ukuran beda-beda.
Walau isi kepala tak pernah seragam.

Kita tetap bisa berjalan seirama.
Karena yang menyamakan kita… adalah hati.
Dan hati tidak diukur dengan angka.
Tapi dengan keikhlasan dan cinta.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIASAAN

Perkecil Circlemu

Bipolar Dan Kopi