Jangan Langsung Mengambil Kesimpulan

*Jangan Terburu-buru Mengambil Kesimpulan*

Pernahkah kita menyesal karena terlalu cepat menyimpulkan sesuatu? Seperti saat melihat seseorang tertawa sendiri, kita pikir ia sedang mengejek—padahal mungkin ia sedang menertawakan kenangan masa kecil. 

Atau ketika hujan deras turun dan kita menggerutu, tak tahu bahwa hujan itu sedang menjawab doa petani yang telah lama memandang langit dengan harap.

Begitu mudahnya kita terjebak dalam potongan-potongan kecil dari cerita yang utuh. Kita lihat secuil, lalu menyangka telah paham semuanya. 

Padahal, hidup ini seperti membaca satu halaman dari novel tebal—mustahil tahu arah kisah hanya dari sebaris kalimat.

Kadang kita mendengar satu kabar, lalu menaruh label. Melihat satu sikap, lalu membuat kesimpulan. Kita lupa bahwa manusia adalah samudra dalam, penuh arus yang tak tampak di permukaan. 

Mungkin seseorang tampak marah, tapi siapa tahu hatinya sedang remuk karena kehilangan? Mungkin ia terlihat menjauh, tapi sebenarnya sedang menjaga agar tidak menyakiti.

*"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka. Sesungguhnya sebagian prasangka itu dosa..."*

Kita hidup di antara potongan-potongan momen. Maka berhati-hatilah. Sebagaimana kita tak bisa menilai rasa sate hanya dari tusuknya, atau menilai malam dari langit yang sesaat mendung—begitu pula dengan manusia dan peristiwa di sekeliling kita.

*"Sesungguhnya Allah tidak melihat kepada rupa dan harta kalian, tetapi Dia melihat kepada hati dan amal kalian."*

Menunda kesimpulan bukan berarti ragu, tapi tanda kedewasaan hati. Menahan lidah dari menghakimi, adalah bagian dari menjaga kebeningan jiwa.

Ada kalanya kita hanya perlu diam sejenak, menarik napas dalam-dalam, dan berkata pada diri sendiri: "Aku belum tahu semuanya. Maka biarlah aku belajar dulu memahami, sebelum menilai."

Karena yang utuh tak selalu tampak di awal. Dan yang benar, kadang hanya bisa dilihat dengan hati yang tenang.
*“Jika kau tidak mampu berkata baik, maka diamlah—itu cukup sebagai kebaikan bagimu.”*

Berhentilah sebentar. Lihat lebih dalam. Dan belajarlah mendengarkan, bukan hanya dengan telinga, tapi dengan hati. Maka dunia akan tampak lebih luas… dan jiwa kita lebih lapang.***

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIASAAN

Bipolar Dan Kopi

Perkecil Circlemu