Pentingnya Ilmun Agama
Cahaya Keluarga dari Ilmu Qur'an
Banyak orang mengejar dunia seakan-akan waktu tak akan habis. Mereka menuntut ilmu untuk meraih jabatan, gelar, harta, dan nama besar. Namun, di tengah kesibukan itu, lupa menuntut ilmu yang justru menjadi pondasi keselamatan dunia dan akhirat: ilmu agama. Padahal, jika seorang laki-laki tak mengaji, siapa yang akan menuntun istrinya mendekat pada Allah? Jika seorang perempuan tak mengaji, bagaimana mungkin ia sanggup menanamkan iman pada anak-anaknya? Dan jika anak-anak tak dibiasakan mengaji, lantas dengan apa mereka akan mendoakan kedua orang tuanya saat kelak telah tiada?
Seorang suami adalah imam. Allah berfirman,
"الرجال قوامون على النساء"
"Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita" (QS. An-Nisa’: 34). Tugas seorang imam bukan sekadar memberi nafkah, tetapi juga memimpin dalam ketaatan. Ketika laki-laki meninggalkan majelis ilmu, ia sedang menutup pintu cahaya bagi keluarganya. Istri yang tidak diajak mendalami agama akan tumbuh dalam kejumudan. Rumah yang tak diterangi tilawah Al-Qur’an akan terasa kosong, meski diisi perabot mahal.
Seorang istri pun memegang peran penting. Rasulullah ﷺ bersabda,
"كلكم راع وكلكم مسؤول عن رعيته"
"Setiap kalian adalah pemimpin dan akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Bukhari dan Muslim). Seorang ibu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya. Dari lisannya, anak mengenal kalimat tauhid. Dari gerak-geriknya, anak belajar adab. Jika ibu tak paham Al-Qur’an, tak kenal hadis, lalu apa yang diwariskan selain kebiasaan dunia semata?
Pondasi iman anak terbangun sejak dini. Allah berfirman,
"يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا"
"Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka." (QS. At-Tahrim: 6). Keluarga yang tak dibiasakan mendengar ayat suci akan rentan diterpa badai pergaulan. Anak-anak yang tumbuh tanpa mengenal Al-Qur’an akan sulit merasakan nikmatnya iman.
Jika seorang anak tak mengaji, kelak saat kita tiada, dengan apa mereka akan memohonkan rahmat untuk kita? Rasulullah ﷺ bersabda,
"إِذَا مَاتَ الإِنسَانُ انْقَطَعَ عَمَلُهُ إِلاَّ مِنْ ثَلاَثٍ: صَدَقَةٌ جَارِيَةٌ، أَوْ عِلْمٌ يُنْتَفَعُ بِهِ، أَوْ وَلَدٌ صَالِحٌ يَدْعُو لَهُ"
"Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, atau anak saleh yang mendoakannya." (HR. Muslim).
Doa anak saleh tidak lahir begitu saja. Ia buah dari teladan, cinta, dan tarbiyah penuh kesabaran. Doa mereka laksana payung di alam barzakh, menyejukkan orang tua saat semua amal telah terputus. Namun, jika sang anak tidak mengenal Rabb-nya, bagaimana bisa mulutnya lirih berdoa di kegelapan malam?
Mengaji bukan sekadar membaca huruf hijaiyah. Mengaji adalah membuka hati, memurnikan niat, menyuburkan jiwa agar tak kerontang oleh urusan dunia. Rasulullah ﷺ bersabda,
"خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ"
"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya." (HR. Bukhari).
Sungguh mulia seorang ayah yang sabar mendampingi anaknya mengeja huruf demi huruf. Sungguh agung seorang ibu yang rela lelah bangun malam untuk mendoakan anak-anaknya menjadi penghafal kalam Allah. Rumah yang dihiasi suara tilawah akan dijaga para malaikat.
Mari mulai dari diri sendiri. Meski usia telah senja, belum terlambat untuk belajar. Meski suara terbata, belum terlambat untuk mengeja. Dunia hanya persinggahan. Jangan sampai kita sibuk mengejar bayangan, tetapi lupa bekal pulang.
Jika kita ingin istri dan anak patuh, dekat dengan Al-Qur’an, maka diri kitalah yang pertama harus patuh dan dekat. Keluarga bukan hanya soal kebersamaan di meja makan, tetapi tentang perjalanan bersama menuju surga. Allah berfirman,
"وَالَّذِينَ آمَنُوا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُم بِإِيمَانٍ أَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ"
"Dan orang-orang yang beriman dan diikuti oleh anak cucu mereka dengan keimanan, Kami hubungkan anak cucu mereka dengan mereka." (QS. At-Tur: 21).
Semoga Allah melembutkan hati kita untuk kembali pada Al-Qur’an, menuntun keluarga kita meniti jalan cahaya, dan menjadikan anak-anak kita sebagai penyejuk mata dan penolong kelak di akhirat.
Komentar
Posting Komentar