Saat Membaca Jangan Multi Tasking

“Baca Lebih Banyak, Serap Lebih Dalam”

Sebuah studi di University of California menunjukkan bahwa multitasking saat membaca seperti buka sosmed di sela baca buku menurunkan pemahaman hingga 40 persen. Otak dirancang menyerap dalam mode fokus, bukan terbagi-bagi seperti notifikasi ponselmu.

Kita hidup di zaman cepat. Scroll baca berita, pindah ke thread Twitter, lanjut ke YouTube, lalu buka e-book lima menit doang. Rasanya produktif, tapi hasilnya? Kosong. Yang diingat cuma judul dan quote-nya, bukan maknanya. Otak kebanjiran informasi, tapi gak dikasih waktu buat mencerna.

Membaca sekarang lebih sering jadi hiburan cepat, bukan latihan intelektual. Akibatnya, kita jadi gampang terkesima kutipan, tapi malas ngulik konteks.

point keren nya sbb:

1.Membaca cepat itu penting, tapi membaca dalam jauh lebih penting

Cal Newport menyebut *deep reading* sebagai *otot yang bisa dilatih.* Baca buku dengan penuh konsentrasi, tanpa gangguan, akan membangun koneksi neuron yang memperdalam ingatan dan pemahaman. Baca cepat cocok untuk referensi, tapi otak berkembang saat kamu merenung.

2.Fokus itu kunci. Gak bisa baca sambil cek notif dan ngarep ngerti

 *Multitasking itu mitos.* Nicholas Carr dalam The Shallows menunjukkan bahwa otak digital kita terbentuk oleh kebiasaan loncat-loncat informasi. Kalau kamu baca sambil bolak-balik ke sosmed, otakmu gak sempat masuk mode reflektif. Dia cuma scanning, bukan menyerap.

3.Menulis ulang poin penting bikin otakmu kerja dua kali lebih dalam

Catatan yang kamu tulis ulang dengan tangan (bukan copy paste) mengaktifkan bagian otak yang memproses makna. Ini yang disebut active recall. Daripada nunggu “nanti juga paham sendiri”, *lebih baik aktif nyusun ulang info pakai bahasamu sendiri.* 

4.Jangan buru-buru ganti buku kalau belum selesai cerna yang satu

Budaya baca instan bikin kita serakah topik, tapi miskin pemahaman.

🫵🏼🫵🏼🫵🏼📝📝📝