Kebaikan Beda - Beda Versi

Tumbuh Dari Tangan yang Tak Terlihat


Setiap kita punya porsi kebaikan masing-masing. Ada yang hadir lewat lisan yang menenangkan, ada pula yang diam-diam menjadi pelindung dalam doa. Jangan kira kebaikan selalu tampak di depan mata. Sebab sesungguhnya, banyak jiwa tumbuh dan bertahan justru karena tangan-tangan yang tak ingin disebut namanya.

Dalam perjalanan hidup yang panjang, kita kadang silau oleh sinar yang menyilaukan, dan lupa pada cahaya yang tenang namun menghangatkan. Tidak semua kebaikan harus tampil di panggung. Tidak semua tangan yang menolong harus dikenali. Ada kebaikan yang bekerja dalam senyap, namun mengakar dalam dan menyelamatkan banyak jiwa.

Setiap manusia diberi Allah keunikan dalam memberi manfaat. Ada yang menyentuh banyak orang lewat perbuatan nyata, ada yang hadir lewat kata-kata sederhana, ada pula yang memilih jalan sunyi: diam-diam berdoa, menyisihkan sedikit rezeki, atau menyembunyikan derma dari tangan kiri. Ketiganya tak bisa dibandingkan, apalagi dipertandingkan.

Allah berfirman:

﴿فَمَن يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ﴾

"Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah pun, niscaya dia akan melihat (balasannya)." (QS. Az-Zalzalah: 7)

Ayat ini menegaskan bahwa tak ada kebaikan yang sia-sia. Bahkan jika kebaikan itu seberat debu, tak terlihat, tak terucap, tak dikenal—tetap dihitung, tetap ditulis, tetap disayang oleh Allah.

Di dunia yang serba pamer, kita kadang tergoda untuk mengklaim peran, menyebut jasa, dan merasa menjadi poros segalanya. Padahal tidak jarang kita tumbuh justru karena kebaikan orang-orang yang tidak ingin disebut. Ada guru yang hanya lewat sekali namun ilmunya menetap dalam dada. Ada sahabat yang tak selalu hadir namun diam-diam mendoakan kita di malam sunyi.

Rasulullah ﷺ bersabda:

«مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ»

"Barang siapa yang menunjukkan kepada kebaikan, maka ia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim)

Hadis ini menunjukkan bahwa orang yang hanya menjadi jembatan kebaikan pun sudah dihitung sebagai pelaku kebaikan. Artinya, orang yang mendorong kita shalat, yang mengirim pesan nasihat, atau hanya mengingatkan kita untuk istighfar, memiliki nilai yang luar biasa di sisi Allah, meski manusia tak pernah tahu.

Maka tidak semestinya ada yang menyombongkan jasa. Tidak pantas mengatakan, “Tanpa aku, kamu tidak akan seperti sekarang.” Karena sesungguhnya, tak ada satu pun manusia yang menjadi satu-satunya sebab keberhasilan orang lain. Kita semua hanya bagian dari kisah besar yang Allah susun dengan hikmah.

Allah berfirman:

﴿وَمَا بِكُم مِّن نِّعْمَةٍ فَمِنَ ٱللَّهِ﴾

"Dan apa saja nikmat yang ada pada kamu, maka dari Allah-lah (datangnya)." (QS. An-Nahl: 53)

Setiap pertolongan, setiap kemudahan, setiap langkah maju semuanya bersumber dari Allah. Orang-orang yang membantu hanyalah jalan. Maka bersyukurlah kepada mereka, tetapi jangan jadikan mereka seolah Tuhan kecil dalam hidupmu. Dan jika engkau membantu orang lain, bantu dengan hati yang lapang, bukan untuk dibalas apalagi disebut.

Dalam hadis qudsi, Allah berfirman:

«أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنِ الشِّرْكِ، مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ»

"Aku adalah Dzat yang paling tidak membutuhkan sekutu. Barang siapa mengerjakan suatu amal yang di dalamnya ia mempersekutukan-Ku dengan yang lain, maka Aku tinggalkan dia dan sekutunya itu." (HR. Muslim)

Jangan jadikan amalmu sebagai sarana mencari pengakuan. Biarlah tangan kanan memberi tanpa diketahui tangan kiri. Biarlah engkau mendoakan seseorang tanpa ia pernah tahu. Karena justru di situlah letak keikhlasan. Justru di sanalah cahaya hati menyala.

Dan engkau, yang tumbuh dari tangan-tangan sunyi itu, jangan lupakan mereka. Jangan lupakan ibu yang diam-diam menangis dalam sujud, ayah yang berhemat diam-diam demi membayar biaya sekolahmu, guru ngaji yang ikhlas mengajar tanpa bayaran, tetangga yang dulu memberi lauk di masa kelaparanmu. Merekalah alas tempat kakimu berdiri hari ini. Meskipun mereka tak meminta disebut, Allah telah mencatat mereka dengan tinta yang tak akan pernah luntur.

Rasulullah ﷺ bersabda:

«لَا يَشْكُرُ اللَّهَ مَنْ لَا يَشْكُرُ النَّاسَ»

"Tidak bersyukur kepada Allah orang yang tidak bersyukur kepada manusia." (HR. Abu Daud)

Jika engkau merasa besar, ingatlah bahwa kau tumbuh dari air mata banyak orang yang tak dikenal. Jika engkau merasa sukses, sadarlah bahwa banyak doa yang tak terucap menyelimutimu dalam sepi. Jangan kira semua karena usahamu semata. Ada banyak hati yang melepaskan harapan agar engkau terus melangkah.

Maka apapun yang terjadi, jangan tinggalkan tiga hal ini:

Pertama, salat. Ia bukan hanya kewajiban, tetapi pengingat bahwa kita hamba. Di saat dunia membuatmu pongah, salatlah yang menarikmu kembali sujud.

Kedua, sedekah. Walau hanya sedikit, itu menjadi bukti bahwa hatimu belum membatu. Sedekah membuat rezeki bersih dan menumbuhkan cinta di langit dan bumi.

Ketiga, husnuzan kepada Allah. Tidak semua yang tampak buruk adalah musibah. Bisa jadi itu rahmat yang sedang diselubungi tirai waktu. Jangan pernah suudzan. Allah tahu kapan waktu terbaik untuk membalas setiap kebaikanmu baik yang tampak maupun yang tersembunyi.

Kita ini bukan siapa-siapa tanpa irisan kebaikan orang-orang yang enggan dikenal. Maka jangan pernah sombong, jangan pernah merasa paling berjasa. Sebab bisa jadi kita hanya satu titik dalam garis panjang pertolongan Allah yang mengalir lewat banyak tangan.

Dan bila kamu menolong, menolonglah seperti matahari: memberi cahaya dan hangat, tapi tak pernah menuntut disebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIASAAN

Bipolar Dan Kopi

Perkecil Circlemu