Keberkahan Rezeki
Berkah Yang Membuat Hidup Cukup
Tidak semua orang dengan gaji besar hidupnya lapang. Sebaliknya, ada yang bergaji kecil namun kehidupannya terasa cukup, damai, dan tenang. Inilah hakikat berkah yang sering kali luput dari pandangan kita. Berkah bukan soal angka, melainkan soal rasa cukup, ketenangan hati, serta keberlimpahan kebaikan yang Allah titipkan dalam rezeki.
Banyak orang beranggapan bahwa kebahagiaan dan kecukupan hanya bisa diraih dengan banyaknya harta. Namun realitas sering membuktikan sebaliknya. Ada orang dengan gaji melimpah, tetapi selalu merasa kekurangan, gelisah, bahkan terjerat hutang. Sementara di sisi lain, ada orang yang penghasilannya tidak seberapa, namun mampu mencukupi kebutuhan, hidup tenteram, dan tetap bisa berbagi. Inilah yang disebut dengan keberkahan rezeki.
Al-Qur’an menegaskan bahwa rezeki adalah urusan Allah, dan keberkahannya bergantung pada cara kita mencari serta mengelolanya. Allah berfirman:
﴿وَمَن يَتَّقِ ٱللَّهَ يَجْعَل لَّهُۥ مَخْرَجًۭا * وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ﴾ (الطلاق: 2-3)
“Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan memberikan jalan keluar baginya, dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka.” (QS. At-Thalaq: 2-3)
Ayat ini menegaskan bahwa kunci keberkahan rezeki bukan semata kerja keras, melainkan takwa. Takwa membuat setiap rupiah yang kita peroleh membawa manfaat, menenangkan hati, serta jauh dari keburukan. Orang yang bertakwa tidak hanya bekerja untuk dunia, tetapi juga mencari ridha Allah.
Rasulullah SAW juga menegaskan hal ini dalam sabdanya:
«لَيْسَ الغِنَى عَنْ كَثْرَةِ العَرَضِ، وَلَكِنَّ الغِنَى غِنَى النَّفْسِ» (رواه البخاري ومسلم)
“Bukanlah kekayaan itu dengan banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Hadis ini memberi pemahaman mendalam bahwa rasa cukup dan tenteram tidak diukur dari jumlah harta, melainkan dari hati yang lapang dan penuh syukur.
Berkah juga erat kaitannya dengan kebermanfaatan. Harta yang sedikit, jika membawa kebaikan bagi keluarga, mendukung ibadah, serta memberi peluang berbagi kepada sesama, itu jauh lebih bernilai daripada harta melimpah yang hanya melahirkan kesombongan dan keserakahan. Rasulullah SAW pernah bersabda:
«خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ» (رواه الطبراني)
“Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Thabrani)
Maka, orang yang bergaji kecil tapi bisa membantu orang tuanya, membiayai pendidikan anak, atau bahkan bersedekah meski sedikit, itulah orang yang hidup dalam keberkahan.
Salah satu tanda rezeki yang berkah adalah kecukupan. Allah menjadikan setiap kebutuhan terpenuhi meski secara hitungan matematis terasa tidak cukup. Hal ini sejalan dengan firman Allah:
﴿وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ ءَامَنُوا۟ وَٱتَّقَوْا۟ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَـٰتٍۢ مِّنَ ٱلسَّمَآءِ وَٱلْأَرْضِ﴾ (الأعراف: 96)
“Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi.” (QS. Al-A’raf: 96)
Ayat ini menunjukkan bahwa berkah hadir melalui iman dan takwa. Dengan iman, hati selalu merasa cukup. Dengan takwa, harta yang sedikit pun menjadi lapang.
Selain itu, keberkahan rezeki juga dapat diraih dengan memperbanyak syukur. Allah berfirman:
﴿لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌۭ﴾ (إبراهيم: 7)
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu; dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih.” (QS. Ibrahim: 7)
Syukur membuat kita menikmati apa yang ada, tidak diperbudak oleh ambisi dunia yang tak pernah berujung. Orang yang selalu bersyukur akan merasakan kebahagiaan bahkan dalam kesederhanaan.
Kisah para sahabat Rasulullah SAW pun mengajarkan hal serupa. Abu Hurairah RA misalnya, pernah hidup dalam keterbatasan hingga harus menahan lapar berhari-hari. Namun justru dalam kesederhanaannya itu, beliau tetap rajin menuntut ilmu, dekat dengan Rasulullah, dan kelak dikenal sebagai salah satu sahabat yang meriwayatkan ribuan hadis. Hidupnya sederhana, tapi penuh berkah ilmu yang bermanfaat hingga kini.
Maka, yang menentukan keberkahan bukanlah seberapa besar angka gaji, melainkan bagaimana kita mengelola hati dan cara kita menggunakan harta. Gaji besar tanpa syukur, tanpa keberkahan, hanya akan melahirkan keluhan tiada henti. Sebaliknya, gaji kecil tapi penuh syukur, insyaAllah akan membawa kecukupan dan ketenteraman.
Oleh karena itu, mari kita memohon kepada Allah agar senantiasa diberi rezeki yang halal, baik, dan penuh berkah. Sebab, sebagaimana doa Rasulullah SAW:
«اللَّهُمَّ اكْفِنِي بِحَلاَلِكَ عَنْ حَرَامِكَ، وَأَغْنِنِي بِفَضْلِكَ عَمَّنْ سِوَاكَ»
“Ya Allah, cukupkanlah aku dengan rezeki-Mu yang halal sehingga aku tidak membutuhkan yang haram, dan cukupkanlah aku dengan anugerah-Mu sehingga aku tidak membutuhkan selain-Mu.”
Inilah doa yang mengajarkan kita arti kecukupan sejati. Karena yang membuat hidup lapang bukan jumlah gaji, melainkan keberkahan yang Allah titipkan di dalamnya.
Komentar
Posting Komentar