Ketika Kita Diremehkan

Menjadi Mulia Saat Diremehkan


Diremehkan orang lain memang tidak pernah menyenangkan. Rasa sakit hati, marah, bahkan kecewa bisa muncul begitu saja. Namun, Islam mengajarkan bahwa kehormatan seseorang tidak ditentukan oleh ucapan manusia, melainkan oleh nilai di sisi Allah. Dengan bersikap tenang, sabar, dan elegan, seorang mukmin justru bisa meninggikan derajatnya di hadapan Allah dan manusia.

Manusia sering kali menilai berdasarkan pandangan mata, status sosial, harta, atau jabatan. Akibatnya, muncul perilaku meremehkan orang lain yang dianggap rendah. Namun, Allah menegaskan bahwa ukuran kemuliaan manusia bukanlah itu semua, melainkan ketakwaan. Dalam Al-Qur’an, Allah berfirman:

﴿ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ﴾
“Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (QS. Al-Hujurāt: 13)

Ayat ini menegaskan bahwa tidak ada alasan bagi siapa pun untuk meremehkan orang lain. Justru sikap meremehkan menunjukkan kebodohan dan kesombongan hati. Seorang mukmin yang diremehkan bisa menjadikannya sebagai ladang pahala, sebab kesabarannya akan mengangkat derajatnya.

Rasulullah ﷺ juga memberikan nasihat yang sangat dalam:

« إِنَّ اللَّهَ أَوْحَى إِلَيَّ أَنْ تَوَاضَعُوا، حَتَّى لَا يَفْخَرَ أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ، وَلَا يَبْغِي أَحَدٌ عَلَى أَحَدٍ »
“Sesungguhnya Allah mewahyukan kepadaku agar kalian berlaku rendah hati, sehingga tidak seorang pun merasa lebih baik daripada yang lain dan tidak seorang pun menzalimi yang lain.” (HR. Muslim)

Hadis ini memberi tuntunan bahwa ketika kita diremehkan, jangan balas dengan kesombongan yang sama. Yang berkelas justru merespons dengan rendah hati, tanpa kehilangan harga diri.

Menghadapi orang yang meremehkan bukan berarti diam tanpa sikap. Ada beberapa cara Islami yang selaras dengan ajaran berkelas dan elegan:

Pertama, menahan emosi dan sabar. Allah memuji orang yang sabar menahan amarah:
﴿ وَٱلْكَـٰظِمِينَ ٱلْغَيْظَ وَٱلْعَافِينَ عَنِ ٱلنَّاسِ ۗ وَٱللَّهُ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ ﴾
“(Yaitu) orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan.” (QS. Āli ‘Imrān: 134)

Kedua, tidak menunjukkan kelemahan hati. Nabi ﷺ pernah dihina dan diremehkan kaumnya, namun beliau tidak menampakkan luka. Beliau membalas dengan doa: “Ya Allah, ampunilah kaumku, karena mereka tidak mengetahui.”

Ketiga, membuktikan dengan amal nyata. Orang beriman tidak perlu sibuk membantah cemoohan, cukup tunjukkan kualitas dengan amal, prestasi, dan akhlak. Rasulullah ﷺ bersabda:

« خَيْرُكُمْ خَيْرُكُمْ لِأَهْلِهِ »
“Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik akhlaknya terhadap keluarganya.” (HR. Tirmidzi)

Artinya, ukuran kemuliaan bukan kata orang, melainkan akhlak nyata.

Keempat, mengabaikan hinaan yang tidak bermanfaat. Allah menasihati Nabi ﷺ:
﴿ فَاصْفَحِ ٱلصَّفْحَ ٱلْجَمِيلَ ﴾
“Maka maafkanlah mereka dengan pemaafan yang indah.” (QS. Al-Hijr: 85)

Mengabaikan bukan berarti lemah, tetapi menunjukkan jiwa yang besar.

Kelima, menjawab dengan kata yang baik. Bila perlu merespons, maka gunakan kata yang bijak. Rasulullah ﷺ bersabda:

« الْكَلِمَةُ الطَّيِّبَةُ صَدَقَةٌ »
“Kalimat yang baik adalah sedekah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan kalimat baik, hinaan bisa berubah menjadi kesempatan berdakwah.

Keenam, menunjukkan sikap tidak peduli pada celaan. Allah memuji kaum mukmin:
﴿ وَلَا يَخَافُونَ لَوْمَةَ لَائِمٍ ﴾
“Mereka tidak takut celaan orang yang suka mencela.” (QS. Al-Mā’idah: 54)

Artinya, jangan biarkan celaan menghalangi langkah kebaikan.

Ketujuh, menjadikan pengalaman sebagai pelajaran. Diremehkan adalah ujian yang bisa melatih keikhlasan, melapangkan dada, dan menguatkan diri. Rasulullah ﷺ bersabda:

« مَا يُصِيبُ الْمُسْلِمَ مِنْ نَصَبٍ وَلَا وَصَبٍ وَلَا هَمٍّ وَلَا حَزَنٍ... إِلَّا كَفَّرَ اللَّهُ بِهَا مِنْ خَطَايَاهُ »
“Tidaklah seorang muslim ditimpa keletihan, penyakit, kegelisahan, kesedihan... melainkan Allah akan menghapuskan sebagian dari dosa-dosanya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Dengan demikian, diremehkan bukan akhir segalanya, melainkan peluang untuk naik derajat.

Kesimpulannya, diremehkan orang lain adalah hal yang wajar dalam kehidupan. Namun, seorang mukmin diajarkan untuk menanggapi dengan sabar, tenang, dan elegan. Ketenangan hati, doa yang tulus, dan amal nyata jauh lebih berharga daripada sekadar membalas hinaan. Karena pada akhirnya, kemuliaan hakiki hanyalah milik orang-orang yang menjaga hati dan ketakwaannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

KEBIASAAN

Bipolar Dan Kopi

Perkecil Circlemu