Nasihat
Indahnya Nasehat Dalam Persaudaraan
Dalam kehidupan, kita sering kali lebih pandai berbicara daripada beramal. Padahal, Allah menilai amal bukan sekadar kata. Karena itu, persaudaraan yang sejati bukan hanya terjalin dalam canda dan tawa, tetapi dalam doa, nasehat, dan saling mengingatkan. Di sanalah letak keelokan iman, ketika hati lapang menerima petuah dan ikhlas saling menuntun menuju ridha-Nya.
Hidup ini sejatinya adalah perjalanan panjang yang sarat dengan ujian. Kadang kita merasa fasih berbicara tentang kebaikan, tetapi masih tertatih untuk mengamalkannya. Tidak jarang lidah lancar menuturkan nasihat, sementara diri sendiri masih perlu bimbingan. Inilah sebabnya Allah menegaskan pentingnya konsistensi antara ucapan dan perbuatan. Firman-Nya dalam Al-Qur’an sangat menohok bagi orang yang gemar berkata tanpa amal:
﴿يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ، كَبُرَ مَقْتًا عِندَ اللَّهِ أَن تَقُولُوا مَا لَا تَفْعَلُونَ﴾
"Wahai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tidak kamu kerjakan? Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (QS. Ash-Shaff: 2-3)
Ayat ini menjadi cermin bahwa amal harus menjadi bukti dari kata-kata kita. Kata yang indah akan berkilau jika diiringi dengan amal yang nyata. Inilah yang dimaksud dengan keselarasan iman dan keshalihan: iman yang berakar dalam hati, ditumbuhkan dengan doa, dan disuburkan dengan amal saleh. Hidup yang saling mendoakan dan mengingatkan adalah kehidupan yang dipenuhi keindahan sejati.
Namun kenyataannya, kebutuhan kita terhadap nasihat sering berbanding terbalik dengan keikhlasan hati untuk menerimanya. Banyak orang haus akan bimbingan, tetapi enggan ketika diingatkan. Rasulullah ﷺ sendiri telah berpesan bahwa agama ini tegak di atas nasihat:
عَنْ تَمِيمٍ الدَّارِيِّ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: «الدِّينُ النَّصِيحَةُ». قُلْنَا: لِمَنْ؟ قَالَ: «لِلَّهِ وَلِكِتَابِهِ وَلِرَسُولِهِ وَلِأَئِمَّةِ الْمُسْلِمِينَ وَعَامَّتِهِمْ»
"Agama itu adalah nasihat." Kami bertanya, "Untuk siapa?" Beliau menjawab, "Untuk Allah, untuk Kitab-Nya, untuk Rasul-Nya, untuk para pemimpin kaum Muslimin, dan untuk seluruh kaum Muslimin." (HR. Muslim)
Nasihat adalah tanda kasih sayang. Orang yang mengingatkan kita sejatinya sedang menunjukkan kepedulian agar kita tidak tersesat. Menolak nasihat berarti menutup pintu kebaikan, sedang menerima dengan lapang dada adalah ciri orang beriman. Karena itu, janganlah gengsi untuk menerima petuah meski dari orang yang lebih muda atau sederajat. Sebab hikmah bisa datang dari siapa saja yang dikehendaki Allah.
Kegalauan hidup kadang justru menjadi jalan kita kembali kepada Allah. Galau membuat kita berdzikir, mencari penghiburan dalam nama-Nya. Firman Allah:
﴿الَّذِينَ آمَنُوا وَتَطْمَئِنُّ قُلُوبُهُم بِذِكْرِ اللَّهِ أَلَا بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ﴾
"Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenteram." (QS. Ar-Ra’d: 28)
Begitu pula dalam kelapangan hidup, seringkali manusia lupa bahwa itu adalah titipan. Kelapangan seharusnya membuat kita dermawan, bukan kikir. Rasulullah ﷺ mengingatkan bahwa sedekah tidak akan mengurangi harta, bahkan menambah keberkahan. Sebaliknya, kesempitan hidup mengajarkan kita untuk bertakbir, mengagungkan Allah yang Maha Kuasa, agar tidak hanyut dalam keluh kesah.
Setiap fase kehidupan, baik susah maupun senang, memiliki hikmah yang membuat kita lebih dekat kepada Allah. Rasulullah ﷺ bersabda:
«عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ، إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ لَهُ خَيْرٌ، وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ، إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ، وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ، فَكَانَ خَيْرًا لَهُ»
"Sungguh menakjubkan urusan orang beriman. Sesungguhnya semua urusannya adalah baik. Dan itu tidak dimiliki oleh siapa pun kecuali orang beriman. Jika ia mendapat kesenangan, ia bersyukur, maka itu baik baginya. Jika ia mendapat kesusahan, ia bersabar, maka itu baik baginya." (HR. Muslim)
Inilah keindahan yang dimaksud: ketika galau membuat kita berdzikir, damai membuat kita berfikir, sempit membuat kita bertakbir, dan lapang membuat kita tidak kikir. Semua keadaan, jika dihadapi dengan iman, akan memancarkan cahaya kebaikan. Tidak ada satu pun yang sia-sia, karena setiap kondisi adalah undangan untuk lebih dekat kepada Allah.
Maka, marilah kita menata hati agar lebih mudah menerima nasihat, lebih ringan mengamalkan kebaikan, dan lebih tulus mendoakan saudara seiman. Jangan biarkan lidah hanya sibuk menuturkan, sementara amal terlewatkan. Sebab kelak, yang akan menyelamatkan kita bukanlah fasihnya ucapan, melainkan amal saleh yang tulus karena Allah. Firman-Nya menegaskan:
﴿وَالْعَصْرِ، إِنَّ الْإِنسَانَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ﴾
"Demi masa. Sesungguhnya manusia benar-benar berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh serta saling menasihati dalam kebenaran dan saling menasihati dalam kesabaran." (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Ayat ini adalah penutup yang agung: iman, amal, nasihat, dan kesabaran adalah kunci keselamatan. Kehidupan saling mendoakan, mengingatkan, dan menuntun dalam kebaikan itulah yang membuat hidup benar-benar indah.
Komentar
Posting Komentar