Ternyata Krena Ekspektasi Kita Yang Salah
“Orang tidak membuatmu kecewa. Ekspektasimu yang melakukannya.” Kalimat ini terdengar menyakitkan, tapi justru di situlah kebenaran paling tenang bersembunyi. Banyak orang merasa hancur bukan karena perlakuan orang lain, melainkan karena gambaran ideal yang mereka ciptakan sendiri tentang orang itu. Fakta menariknya, riset dari Journal of Personality and Social Psychology menunjukkan bahwa manusia cenderung melebih-lebihkan kesamaan nilai dan empati dengan orang lain di awal hubungan—baik pertemanan, kerja, maupun cinta. Akibatnya, ketika realitas menunjukkan perbedaan, otak menafsirkan itu sebagai “pengkhianatan”, padahal itu hanyalah ketidaksesuaian ekspektasi.
Dalam hidup sehari-hari, kita sering kecewa pada hal-hal kecil: pesan tidak dibalas, janji yang terlupa, sikap yang tidak sesuai harapan. Namun kalau ditelisik lebih dalam, semua rasa kecewa itu bersumber dari satu hal: keinginan untuk dikendalikan, bukan diterima. Padahal manusia bukan karakter yang bisa kita tulis ulang sesuai keinginan. Mereka hidup dengan logika dan luka mereka sendiri. Maka belajar memahami ini bukan soal menjadi dingin, tapi soal menjadi sadar bahwa memahami manusia berarti juga memahami keterbatasan.
1. Terima bahwa orang lain tidak diciptakan untuk memuaskanmu
Kita sering secara tidak sadar memperlakukan orang seperti cermin: jika aku baik, dia juga harus baik. Padahal hubungan bukan formula timbal balik yang selalu seimbang. Ada saat seseorang gagal memenuhi harapanmu bukan karena jahat, tapi karena sedang berjuang dengan hidupnya sendiri. Contohnya ketika temanmu tidak datang saat kamu butuh, mungkin dia sedang menanggung beban yang bahkan tidak dia ceritakan. Saat kamu mulai mengalihkan fokus dari “seharusnya” menjadi “yang terjadi”, kecewa perlahan berubah menjadi pengertian.
Ketika kesadaran ini tumbuh, kamu akan merasakan kedamaian yang sebelumnya tidak ada. Kamu tidak lagi menilai kasih sayang orang lain berdasarkan seberapa konsisten mereka membalasmu, tapi seberapa nyata niat baik mereka, meskipun bentuknya tidak selalu sesuai bayanganmu.
2. Kurangi ekspektasi, bukan kepercayaan
Banyak yang mengira agar tidak kecewa, kita harus berhenti percaya pada siapa pun. Padahal kepercayaan tidak sama dengan ekspektasi. Kepercayaan berarti memberi ruang bagi orang lain untuk menjadi dirinya, sedangkan ekspektasi adalah memaksa mereka untuk menjadi versi ideal dalam kepalamu. Misalnya, kamu percaya pada pasanganmu untuk jujur, tapi kamu kecewa ketika dia tidak bereaksi seperti yang kamu mau—itu bukan soal kejujuran, itu soal kontrol.
Mengurangi ekspektasi bukan berarti menurunkan standar, tetapi membebaskan dirimu dari beban menilai. Kamu bisa tetap mempercayai, tapi dengan kesadaran bahwa semua orang berhak berbeda cara dalam menunjukkan kasih, hormat, atau perhatian.
3. Pahami bahwa manusia berubah, dan itu normal
Kita sering terluka bukan karena perubahan orang lain, tapi karena menolak menerima bahwa perubahan itu bagian dari hidup. Teman yang dulu dekat bisa menjauh, bukan karena benci, tapi karena jalan hidupnya menuntun ke arah lain. Dalam psikologi sosial, fenomena ini disebut “relational drift”—hubungan yang bergeser seiring perkembangan nilai, waktu, dan lingkungan.
Jika kamu bisa melihat perubahan sebagai tanda bahwa hidup sedang bergerak, bukan sedang berakhir, maka rasa kehilangan akan lebih mudah diterima. Kamu mulai paham bahwa tidak semua hubungan dimaksudkan untuk selamanya, tapi untuk mengajarimu sesuatu yang perlu kamu pelajari saat itu juga.
4. Jangan mengukur kebaikan dengan balasan
Kekecewaan sering muncul ketika kebaikan tidak dihargai. Tapi jika kebaikanmu didasarkan pada harapan akan balasan, maka kamu tidak sedang tulus, kamu sedang bertransaksi. Dalam kehidupan nyata, orang yang paling damai justru mereka yang memberi tanpa menghitung. Misalnya, kamu menolong rekan kerja tanpa berharap ucapan terima kasih. Lalu suatu hari, bantuanmu diingat dengan cara yang tidak kamu duga.
Ketika kebaikan menjadi pilihan, bukan alat tawar-menawar, maka kamu tidak mudah goyah oleh sikap orang
Komentar
Posting Komentar