Postingan

Menampilkan postingan dari Juli, 2025

5 Fakta Otak Kanan dan Kiri

Gambar
5 Fakta Tentang Otak Kanan vs Otak Kiri yang Sering Disalahpahami Kamu mungkin pernah dengar istilah “anak otak kiri” dan “anak otak kanan”, ya? Katanya, kalau otak kiri itu logis dan pintar matematika, sementara otak kanan lebih kreatif dan imajinatif. Tapi… apakah benar sesederhana itu? 1. Otak Kiri itu Logis, Otak Kanan itu Kreatif? Gak Sepenuhnya Benar! Memang benar, otak kiri lebih dominan dalam hal bahasa dan angka, sedangkan otak kanan lebih aktif saat kita membayangkan gambar atau merasakan musik. Tapi bukan berarti keduanya bekerja sendiri-sendiri. Semua aktivitas kita itu hasil kerja tim antara kedua belahan otak. 2. Orang Gak Cuma Pakai Satu Sisi Otak Banyak orang bilang, “Saya orangnya otak kanan banget nih!” Padahal, secara ilmiah, gak ada orang yang cuma pakai otak kiri atau kanan saja. Mau kamu lagi ngitung, nulis puisi, atau main bola – dua sisi otak kamu tetap aktif bareng-bareng. 3. Kreativitas Gak Cuma dari Otak Kanan Kalau kamu suka menggambar atau menul...

Jangan Mudah Meng-Judge Orang

Gambar
Betapa mudahnya kita menghakimi seseorang hanya karena tindakannya berbeda dari nilai atau cara pikir kita. Padahal, setiap orang membawa beban, cerita, dan pengalaman yang tidak terlihat di permukaan. Kita melihat seseorang bersikap dingin — tapi tak tahu luka seperti apa yang sedang ia sembunyikan. Kita menilai pilihan hidup orang lain aneh — padahal itu mungkin satu-satunya jalan yang tersisa baginya. Kita mengkritik tanpa benar-benar bertanya: “Apa yang sedang kamu hadapi?” Kutipan Kang Maman ini mengingatkan kita untuk menahan lidah, membuka hati, dan memperluas sudut pandang. Salam Kato 🖐️ Lalu ini lanjutan dari abuya : 1. Nah ini relevansinya adalah juga perihal berbeda nya sitem nilai dan pola asuh yg diterapkan di rumah dengan yg diluar, kudu bijak menyikapi dan menjelaskannya pada cucu cucu kami. Karena pastilah berbeda-beda, apa lagi di Pagarsi itu heterogen sekali klas sosial dan ekonomi karena berbatasan dengan perumahan pula. 2. [16/7, 11.54] Abi 3 New: Cont...

Saat Membaca Jangan Multi Tasking

“Baca Lebih Banyak, Serap Lebih Dalam” Sebuah studi di University of California menunjukkan bahwa multitasking saat membaca seperti buka sosmed di sela baca buku menurunkan pemahaman hingga 40 persen. Otak dirancang menyerap dalam mode fokus, bukan terbagi-bagi seperti notifikasi ponselmu. Kita hidup di zaman cepat. Scroll baca berita, pindah ke thread Twitter, lanjut ke YouTube, lalu buka e-book lima menit doang. Rasanya produktif, tapi hasilnya? Kosong. Yang diingat cuma judul dan quote-nya, bukan maknanya. Otak kebanjiran informasi, tapi gak dikasih waktu buat mencerna. Membaca sekarang lebih sering jadi hiburan cepat, bukan latihan intelektual. Akibatnya, kita jadi gampang terkesima kutipan, tapi malas ngulik konteks. point keren nya sbb: 1.Membaca cepat itu penting, tapi membaca dalam jauh lebih penting Cal Newport menyebut *deep reading* sebagai *otot yang bisa dilatih.* Baca buku dengan penuh konsentrasi, tanpa gangguan, akan membangun koneksi neuron yang memperdalam ingatan dan...

Seorang Anak Penemu AI Kesehatan Mental

Gambar
Kisah Inspiratif, Ditolak 11 Kali di Negeri Sendiri, Diundang Google, Kini Jadi CEO Startup AI di Usia 18! Namanya Christopher Farrel Millenio Kusuma — anak muda yang pernah dianggap “terlalu muda untuk bicara teknologi”, kini justru menjadi sorotan dunia. Semua berawal dari riset kecerdasan buatan (AI) yang ia kerjakan sejak SMP. Berbekal rasa ingin tahu dan internet seadanya, Farrel mulai mengembangkan sistem AI untuk mendeteksi gangguan mental melalui ekspresi wajah dan suara. Ia mengirimkan risetnya ke berbagai lembaga dan lomba ilmiah di Indonesia. Hasilnya? 11 kali ditolak. Bukan karena tak berbakat, tapi karena dianggap belum "layak" karena masih pelajar dan idenya dianggap terlalu “mimpi”. Tapi Farrel tidak berhenti. Ia menulis ulang proposalnya dalam bahasa Inggris, mengirimkannya ke luar negeri. Hingga suatu hari… sebuah email masuk: 📩 “You’re invited to present your research at Google AI Conference.” Ya, Google tertarik. Bukan hanya itu, ia juga diberi...

Tak Harus Melulu Menjadi Unta

*Pernahkah Engkau Menjadi Unta? Kini Saatnya Menjadi Singa* Unta itu sabar. Tahan lapar. Tahan haus. Tahan beban. Tapi dia hanya *pengangkut*. Disuruh ke mana saja, dia ikut. Disuruh diam, dia diam. Disuruh jalan, dia jalan. Unta tidak pernah memilih jalan hidupnya. Dia hanya patuh. Setia. Pasrah. Pernahkah engkau menjadi unta? Mengikuti arus. Menaati perintah. Diam ketika diperlakukan semena-mena. Sabar, katanya. Ikhlas, katanya. Tapi jangan lupa, terlalu lama menjadi unta, bisa membuat kita lupa menjadi manusia. Lupa memilih. Lupa menentukan arah. Padahal hidup ini bukan sekadar bertahan. Hidup ini tentang menyalakan nyala. Mencipta jejak. Menentukan langkah. Itulah mengapa, kita harus belajar menjadi singa. Singa tidak menunggu disuruh. Ia mencari. Ia memilih. Ia memimpin. Singa tidak menunggu lapar. Ia berburu. Singa tidak diam saat diserang. Ia mengaum. Melawan. Membalas. Itulah energi *izzah*. Itulah harga diri. Allah berfirman: *"Janganlah kamu merasa lemah dan jangan berse...

The Title is not ready yet

*Ikatan Rantai yang Dianggap Sebagai Pelukan Mesra* Kadang, hidup mempertemukan kita dengan sesuatu yang terasa seperti belenggu—ikatan yang tampaknya mengekang langkah, membatasi ruang, dan mengunci arah. Tapi benarkah semua yang terlihat seperti rantai itu adalah bentuk penjara? Atau jangan-jangan, kita sedang berada dalam pelukan yang lembut, mesra, dan penuh makna, hanya saja kita terlalu sibuk melawan hingga lupa rasanya dipeluk? Ada masanya kita merasa lelah dengan rutinitas yang itu-itu saja. Bangun pagi, bekerja, pulang, tidur—dan besok mengulang lagi. Kita mengeluh, "Kok hidup cuma begini?" Padahal di balik ritme itu, ada cinta yang menunggu kita sadari. Ada anak yang menanti kepulangan orang tuanya. Ada pasangan yang diam-diam bersyukur karena masih bisa makan malam bersama. Ada tubuh yang tetap sehat karena disiplin yang kita anggap monoton. Apa yang kita sebut sebagai ‘rantai’ itu, bisa jadi adalah pelukan-pelukan kecil dari kehidupan. Ada sebuah kalimat bijak: ...

Pentingnya Ilmun Agama

Gambar
Cahaya Keluarga dari Ilmu Qur'an Banyak orang mengejar dunia seakan-akan waktu tak akan habis. Mereka menuntut ilmu untuk meraih jabatan, gelar, harta, dan nama besar. Namun, di tengah kesibukan itu, lupa menuntut ilmu yang justru menjadi pondasi keselamatan dunia dan akhirat: ilmu agama. Padahal, jika seorang laki-laki tak mengaji, siapa yang akan menuntun istrinya mendekat pada Allah? Jika seorang perempuan tak mengaji, bagaimana mungkin ia sanggup menanamkan iman pada anak-anaknya? Dan jika anak-anak tak dibiasakan mengaji, lantas dengan apa mereka akan mendoakan kedua orang tuanya saat kelak telah tiada? Seorang suami adalah imam. Allah berfirman,  "الرجال قوامون على النساء"  "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita" (QS. An-Nisa’: 34). Tugas seorang imam bukan sekadar memberi nafkah, tetapi juga memimpin dalam ketaatan. Ketika laki-laki meninggalkan majelis ilmu, ia sedang menutup pintu cahaya bagi keluarganya. Istri yang tidak diaja...

Kasih Sayang Pada Anak Yang Sesungguhnya

*PR yang Tidak Pernah Selesai* Namanya Ziya. Usianya sebelas tahun. Ia tinggal di sebuah rumah kecil di pinggiran kota bersama ibunya yang keras dan selalu ingin Ziya jadi “anak yang membanggakan”. Setiap malam, Ziya duduk mengerjakan PR di ruang tamu, ditemani suara ibu yang terus-menerus mengulang, “Kamu harus bisa. Jangan seperti ayahmu yang gagal.” Jika Ziya salah menjawab soal, ibunya membentak. Jika nilainya turun, ibunya tak bicara seharian. Kadang, Ziya merasa nilai di kertas lebih penting dari perasaannya sendiri. Ia tidak membenci ibunya—tapi ia tak lagi tahu apakah itu yang disebut kasih sayang. Suatu sore, Ziya duduk sendirian di teras masjid dekat rumah. Ia memandangi kertas PR yang terlipat. Di sampingnya, Pak Rauf—penjaga masjid yang sudah sepuh—membawa sebotol teh hangat dan tersenyum. “Sudah sore, tapi kamu masih membawa PR?” Ziya mengangguk pelan. “Capek, ya?” Ziya tidak menjawab. Hanya menunduk. Kemudian perlahan ia bertanya, “Pak Rauf… kalau orang tua marah terus, i...

Lanjutan Kisah Sahabat Abdullah bin Jahsy Radhiallâhu Part 2

  ·         Dalam kisah sahabat Abdullah bin Jahsy Radhiallâhu 'anhu ada Kisah atau Asabab turunya ayat 217 surat Al – Baqarah.   ·         Jadi Abdullah bin Jahsy Radhiallâhu 'anhu diminta rasul rasull untuk berjalan dalam sebuah misi dan dibekalkan 1 buah surat dari rasul.   Rasullah berpesan bukalah isi surat ini setelah 2 hari perjalanan.   Benarlah setelah 2 hari perjalanan dibuka surat itu oleh Abdullah bin Jahsy Radhiallâhu isinya adalah :   "Bismillaahr-ahmaanirahiim. Amma ba'du, pergilah kau dengan kawan-kawan yang menyertaimu disertai keberkahan dari Allah hingga kau mencapai sebuah kebun kurma. Dari sana, kau bisa mengintai kegiatan kafilah Quraisy, lalu kau kembali membawa berita mereka".   Singkat cerita sampailah dikebun kurma dan Tiba-tiba, mereka melihat kafilah Quraisy dikawal oleh Amru ibnul Hadhrami, Utsman ibnul Mughirah, dan saudaranya; Naufal dan al-Hakam bin ...

Kesendirian Adalah Kemewahan

Gambar
Sebagai penulis, Nancy menghargai kesendirian sebagai momen untuk berpikir dan mencipta. Kutipan ini menegaskan bahwa bisa nyaman dengan diri sendiri adalah tanda kekuatan batin.   Di dunia yang memuja keramaian, banyak orang takut menyendiri. Padahal, dalam kesunyianlah kita sering menemukan jawaban dan kedamaian.   Jangan takut menghabiskan waktu sendirian. Itu adalah kesempatan untuk berbicara dengan jiwamu.

Kebencian Penyakit Yang Mematikan

Kebencian itu seperti meminum racun sambil berharap orang lain yang mati. Ia tidak menyakiti orang yang dibenci, justru menggerogoti hati, pikiran, dan energi si pembenci. Orang yang kita benci mungkin tidur nyenyak, tertawa bebas, dan bahkan tak tahu bahwa kita kesal padanya. Sementara kita sendiri yang resah, kepikiran, bahkan tersiksa oleh bayangan yang kita pelihara. Membenci bukan bentuk kekuatan, tapi bukti bahwa luka di hati belum sembuh. Melepaskan bukan berarti setuju atau melupakan kesalahan mereka, tapi memberi kebebasan pada diri sendiri untuk tidak terikat pada racun yang kita ciptakan.